Selasa, 28 September 2010

GERAKAN MAHASISWA LINTAS SEJARAH DAN PERAN PMII


GERAKAN MAHASISWA
Disampaikan pada MAPABA Rayon Fakultas USHULUDDIN IAIN STS Jambi
Cabang PMII Kota Jambi, 29 Mei 2010


Oleh : Ade Putra Wijaya

Siapa yang bias merantai suatu bangsa, jikalau semangatnya tak mau dirantai ? Siapa yang bisa membinasakan suatu bangsa kalau semangatnya tak mau dibinasakan? (Bung Karno)”
“Lebih Suka kami melihat Indonesia tenggelam kedasar lautan, daripada Melihatnya sebagai embel-embel abadi dari suatu Negara asing. (Bung Hatta)”
Periode Gerakan : ’66 dan ’98 merupakan tonggak dan panutan sejarah kemahasiswaan yang mampu mendacapai klimak pada kesejahteraan diatas darah dan pengorbanan. Rasa kagum dan bangga saya haturkan kepada seluruh pahlawan mahasiswa yang berani membela kepentingan rakyat.


Insan Akademis yang menuntut Ilmu diperguruan Tinggi yang Memiliki Identitas Diri sehingga terbentuk Citra Diri yaitu
  • Citra Diri Insan Religius
  • Citra Diri Insan Intelektual
  • Citra Diri Insan Bermoral
  • Citra Diri Insan Mandiri dan Bertanggung Jawab

Apa Yang Kalian Ketahui tentang Mahasiswa ???

(Sejarah – Sejarah )

Periode Gerakan 66

10 Oktober 1966 dikenal dengan “Hari Kebangkitan Mahasiswa”. Angkatan 66 adalah perjuangan mahasiswa  yang menantang Rezim Orde Otoriter yang berkuasa  sejak  1945. suatu  perjuangan  melawan PKI  yang kuat mengembalikan Demokrasi dan HAM dengan 3 Tuntutan Rakyat (TRITURA) :
  • Bubarkan PKI
  • Reformasi Kabinet
  • Turunkan Harga Barang
Gerakan 66 bangkit karena melihat kondisi bangsa  yang sedang mengalami  kegoncangan  sistem  Politik Nasional  yang selalu mengalami perubahan bentuk pemerintahan  mulai dari RIS, Demokrasi Terpimpin dan Kembali Kepada Republik  yang disebabkan lemahnya Posisi Pemerintah atas Rakyatnya.

Periode Gerakan 74

Merupakan Gerakan Re-Orientasi Pembangunan dari ekonomi Pembangunan menuju Ekonomi Kerakyatan. Dan Mahasiswapun terprovokasi  oleh isu-isu  anti jepang sehingga tanggal 15 Juni 1974 dikenal Peristiwa Malari, dimana  terjadi pembakaran produk-produk jepang sehingga  dikeluarkannya NKK/ BKK oleh Pemerintah

Periode Gerakan 98
Gerakan Mahasiswa bangkit kembali tahun 1997-1998 sehingga mencapai puncak inti 1998, yang dikenal  dengan Gerakan Reformasi, dengan Thema “Demokrasi dan Tumpaskan KKN” dengan Misi
·         Penegakan Hukum
·         Kembalikan Demokrasi
·         Berantas KKN
·         Cabut DWI Fungsi ABRI
·         Adili Soeharto
·         Perbaikan Ekonomi


Eksistensi gerakan mahasiswa amat ditentukan oleh kekuatan pemikiran dan kompetensi profesionalnya. Sebagai anak zaman, gerakan mahasiswa juga bergerak seirama dengan tuntutan zaman. Dalam konteks Indonesia, khususnya gerakan mahasiswa, ada beberapa poin yang bisa dijadikan acuan gerakan, antara lain:

  1. Gerakan mahasiswa mesti menyiapkan ruang yang kondusif untuk membekali komunitasnya dengan keunggulan komparatif, agar kelak mampu eksis dalam kompetisi pasar politik dan pasar ekonomi yang semakin terbuka dan ketat.
  2. Gerakan mahasiswa yang secara ideologis memiliki keberagaman (pluralisme ideologi), sudah semestinya mampu menemukan "sinergi kolektif" melalui tradisi "komunikasi tanpa prasangka" demi memperjuangkan kepentingan bangsa. Dalam diksi yang lain, sentimen ideologis kelompok atau golongan, jangan malah mengalahkan kepentingan kolektif kita sebagai bangsa.
  3. Gerakan mahasiswa mesti mengambil prakarsa untuk menstimulasi, menjaga, dan mengawal berlangsungnya "demokrasi politik" dan "demokrasi ekonomi", melalui pergumulan varian isu seperti supremasi hukum, kebebasan berserikat/berkumpul, kebebasan pers, anti-KKN, penegakan HAM, dll. Patut dicamkan, demokratisasi politik dan demokratisasi ekonomi merupakan pergulatan permanen dalam perjalanan eksistensi bangsa-bangsa di muka bumi ini.
  4. Gerakan mahasiswa mutlak melakukan reorientasi dalam agenda gerakan atau perjuangan kolektifnya. Sering perubahan konfigurasi dan budaya politik nasional, tema-tema gerakan yang menjadikan "orang/figur sebagai musuh bersama" tampaknya kurang relevan atau kontekstual lagi. Hendaknya, gerakan mahasiswa lebih memberikan atensinya terhadap tema-tema mendasar seperti ancaman disintegrasi nasional, disparatis antarwilayah, bias otonomi daerah yang memunculkan sentimen/ego daerah yang justru mengancam NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD '45.
  5. Gerakan mahasiswa sudah semestinya mentradisikan motivasi perjuangan yang meletakkan loyalitas kepada cita-cita, bukan kepada orang. Gerakan mahasiswa akan kehilangan jati dirinya ketika ia memainkan perannya sebagai subordinasi dari orang per orang, dan bakal terkubur eksistensi sejarahnya apabila ia membiarkan dirinya menjadi alat penguasa, siapa pun pemegang kekuasaan itu.


PMII DAN GERAKAN MAHASISWA

PMII dan gerakan mahasiswa laksana dua sisi mata uang, ibarat hati dan jiwa yang menyatu, tidak bisa dipisahkan. Dalam proses perjalanannya, PMII senantiasa melakukan berbagai upaya untuk perbaikan dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Aksi lapangan dalam bentuk turun ke jalan, advokasi, pendampingan, pemberdayaan menjadi bagian inhern dari gerak irama nafas PMII dalam berkiprah dan beraktualisasi.
Semangat kritis yang terbangun dan telah menjadi “ruh” dari gerakan PMII niscaya dibutuhkan suatu pemahaman yang utuh dan kecerdasan dalam membaca dan menangkap fenomena yang terjadi. Karena itulah, varian gerakan menjadi penting yang diimbangi dengan kajian-kajian yang mendalam baik pada tingkatan paradigmatic, teoritis manapun aplikasi praksisnya. Dengan demikian, PMII tidak akan mengalami keterjebakan pada sebatas peran-peran romantisme sejarah, tetapi setiap gerak langkahnya betul-betul didahului oleh proses pematangan dengan gradasi-gradasi berdasar problem yang dihadapi.
Karakter dasar yang terbangun dari setiap langkah PMII adalah berporos pada visi yang tetap terpateri yakni dilandasi oleh semangat nasionalisme (kebangsaan) dan pemahaman keberagaman yang inklusif sebagai manifestasi peran dan tanggungjawab yang diemban yakni hamba Allah serta Khalifatul fil Ardh. Pada dimensi yang kedua itulah, titik pijak PMII menemukan landasan dalam menjalankan pesan-pesan profetis (kenabian) dan sandaran transendensinya.


Bahwa berbagai upaya yang ditempuh dalam menjalankan peran-peran itu hendaknya tetap dalam kerangka derivasi dari Nilai Dasar Pergerakan PMII. Karena itulah, adalah menjadi suatu kebutuhan yang mendesak untuk memformulasikan suatu konsepsi yang dapat dijadikan sandaran bersama sehingga PMII tidak terbawa arus yang bertentangan dengan semangat dasar eksistensinya. Tetapi sebaliknya, PMII harus mampu membuat dan membawa arus gerakan dengan didasari oleh platform/pijakan dasar yang kokoh. Paradigma kritis transformatif masih bergerak dalam dataran wacana dan berada dalam ruang hampa. Karena aksentuasi nilai-nilai yang lahir dari konsepsi tersebut memprasyaratkan adanya kontekstualisasi dan berlandaskan pada lokal geniusnya. Tanpa itu, PMII di lapis basis akan mengalami kebimbangan/kegamangan sebagai konsekuensi logis dari suatu konsepsi yang (bisa jadi) hanya didasarkan pada “cangkokan” dan bukannya lahir, tumbuh dan berkembang dalam kultur indigineousnya.
Kenapa hal ini perlu kami kemukakan ? jawaban sederhana adalah karena adanya varian potensi kader dan warga pergerakan, serta kondisi realitas dari masing-masing cabang yang beragam. Pisau analisa yang digunakan untuk penerapan suatu kebijakan ataupun pewarisan nilai-nilai semangat kejuangan harus senantiasa memperhatikan dua aspek tersebut sehingga keragaman dalam PMII menemukan ruang geraknya.
PMII memang bukan hanya berkutat tentang gerakan dalam makna yang khusus sebatas melakukan aksi turun ke jalan. Potret gerakan mahasiswa, meminjam istilah yang dikemukakan oleh M. Fadjoel Rahman, yang membuat dikotomi antara gerakan politik nilai versus gerakan politik kekuasaan. Kepentingan pertama dan terutama yang diperjuangkan oleh mahasiswa adalah nilai – nilai (value) atau sistem nilai (value system) yang sifatnya universal seperti keadilan sosial, kebebasan, kemanusiaan, demokrasi dan solidaritas kepada rakyat yang tertindas. Karena itu oposisi ad hoc gerakan mahasiswa merupakan gerakan politik nilai (value political movement) dan bukan gerakan politik kekuasaan (power political movement) yang merupakan fungsi dasar partai politik.
Gerakan politik nilai yang menjadi cirri khas gerakan mahasiswa walaupun melakukan penetapan agenda dan target politik maupun pemilahan kawan dan lawan politik, tetapi sama sekali tidak memperkuat dan mengukuhkan posisi politiknya dalam percaturan kekuasaan. Berbeda dengan gerakan politik kekuasaan yang menjadi cirri khas partai politik, dimana penetapan agenda, target politik dan pemilahan lawan dan kawan politik semata-mata urusan taktis dan strategis untuk memperkuat dan mengukuhkan posisi politiknya dalam percaturan kekuasaan sekarang dan dimasa yang akan datang.
Dengan memposisikan diri sebagai gerakan politik nilai, maka gerakan mahasiswa akan tanpa beban menetapkan sejumlah agenda dan capaian-capaian yang dituju sekaligus langkah proteksi dari adanya infiltrasi (penyusupan dari “pesan sponsor”) pihak eksternal. Upaya menjaga jarak menjadi sangat berarti guna menghindarkan gerakan mahasiswa terjebak dan termanipulasi dalam putaran kepentingan elit maupun partai politik tertentu.
Hakekat dari gerakan politik mahasiswa pada umumnya adalah perubahan. Ia tumbuh karena adanya dorongan untuk mengubah kondisi kehidupan yang ada untuk digantikan dengan situasi yang secara fundamental dianggap lebih memenuhi harapan. Gerakan mahasiswa sebagai perwujudan dari gerakan moral di negara berkembang memiliki peranan sangat strategis, bahkan signifikan dalam melakukan perubahan, termasuk Indonesia.

Tangan terkepal dan tetap maju kemuka......................!!!!!!
Tumbuh setia berjuang bersama Rakyat
merebut demokrasi sejati..............................................!!!!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar